front_store
Pegiat Literasi
Pegiat Literasi

Gambar pada laman ini adalah Maman Suherman atau lebih dikenal sebagai Penulis yang akrab dengan panggilan Kang Maman ini adalah lulusan Alumni Kriminologi Universitas Indonesia, dan memulai karir jurnalisnya pada tahun 1998 sebagai reporter dan sempat menjadi pemimpin redaksi di Kompas Gramedia yang kemudian berhenti pada tahun 2003.

Mengenal Pegiat Literasi: Penjaga Api Pengetahuan di Tengah Masyarakat

Pernahkah kamu mendengar istilah pegiat literasi? Mungkin sekilas terdengar seperti seseorang yang suka membaca buku atau aktif di perpustakaan. Tapi sebenarnya, pegiat literasi adalah lebih dari itu. Mereka adalah orang-orang yang rela meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk menghidupkan budaya baca dan menulis di tengah masyarakat. Mereka bisa datang dari berbagai latar belakang seperti guru, mahasiswa, ibu rumah tangga, bahkan tukang ojek; asal punya satu kesamaan: semangat untuk menyebarkan pengetahuan.

Apa Itu Pegiat Literasi?

Secara sederhana, pegiat literasi adalah individu atau kelompok yang aktif dalam kegiatan literasi, seperti membaca, menulis, berbagi pengetahuan, dan mendampingi orang lain untuk meningkatkan kemampuan literasinya. Literasi sendiri tidak hanya soal kemampuan membaca dan menulis, tapi juga mencakup bagaimana seseorang memahami informasi, berpikir kritis, dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Pegiat literasi bisa bekerja secara formal, misalnya, melalui program pemerintah atau lembaga pendidikan atau secara mandiri, melalui komunitas, taman baca, hingga kegiatan sosial di kampung-kampung.

Aktivitas Sehari-hari Pegiat Literasi

Mari kita lihat contoh nyata. Di sebuah desa di pedalaman, ada seorang ibu rumah tangga bernama Bu Mila. Setiap sore, setelah mengurus rumah, ia membuka halaman depan rumahnya dan menggelar tikar. Anak-anak mulai berdatangan, membawa buku bacaan pinjaman dari taman baca keliling yang hanya datang seminggu sekali. Bu Mila akan membacakan cerita, lalu mengajak anak-anak berdiskusi: “Kenapa tokoh dalam cerita itu bisa berani melawan ketidakadilan?” atau “Kalau kamu ada di posisi itu, apa yang akan kamu lakukan?” Itu adalah bentuk nyata kegiatan literasi. Tidak harus di kelas. Tidak harus di gedung. Tapi hadir di tengah kehidupan sehari-hari.

Contoh lain datang dari seorang mahasiswi bernama Citra. Di sela-sela kesibukannya kuliah, Citra menjadi relawan di sebuah komunitas literasi di kota. Ia mengajar anak-anak jalanan cara menulis cerita pendek dan membaca berita secara kritis. Di sana, literasi bukan hanya alat untuk belajar, tapi juga jendela untuk memahami dunia dan meningkatkan rasa percaya diri.

Mengapa Pegiat Literasi Penting?

Di era informasi seperti sekarang, kita dibanjiri oleh berbagai sumber: media sosial, portal berita, YouTube, TikTok, dan banyak lagi. Tapi, kemampuan untuk menyaring informasi, membedakan mana yang fakta dan mana yang hoaks, tidak datang begitu saja. Di sinilah literasi menjadi penting, dan peran pegiat literasi makin terasa.

Pegiat literasi membantu masyarakat untuk:
* Mengenal pentingnya membaca, bukan hanya untuk ujian, tapi untuk hidup yang lebih baik.
* Mengembangkan kebiasaan berpikir kritis dan kreatif.
* Mendorong kemampuan menulis, sebagai sarana mengekspresikan diri dan menyampaikan ide.

Mereka adalah semacam "penjaga api" menjaga agar semangat belajar dan rasa ingin tahu tidak padam, terutama di tempat-tempat yang seringkali luput dari perhatian.

Tantangan yang Dihadapi

Namun, menjadi pegiat literasi tidak selalu mudah. Banyak yang menghadapi keterbatasan buku, minimnya dukungan dana, bahkan cibiran dari orang sekitar. Ada yang bertanya, “Ngapain repot-repot ajarin orang baca, emang dibayar?” Tapi semangat mereka tidak pernah padam. Karena bagi mereka, melihat satu anak yang semula tak bisa baca lalu bisa menulis surat untuk ibunya, atau melihat remaja yang mulai rajin membaca dan bermimpi masuk universitas, adalah kebahagiaan yang tak bisa dinilai dengan uang.

Siapa Saja Bisa Jadi Pegiat Literasi

Kabar baiknya, kamu juga bisa menjadi bagian dari gerakan ini. Tidak perlu menunggu punya gelar atau pekerjaan tetap. Mulai saja dari lingkungan terdekat. Bacakan buku untuk adik, ajak teman berdiskusi tentang artikel yang menarik, atau bantu membagikan informasi bermanfaat di media sosial. Kalau kamu suka menulis, cobalah menulis kisah-kisah inspiratif atau opini tentang isu-isu pendidikan dan bagikan ke platform daring. Kalau kamu suka membaca, jadilah contoh di rumah atau kampus. Ketika orang lain melihat kebiasaan itu, secara tidak langsung kamu sedang menyebarkan semangat literasi.

Penutup: Menjadi Cahaya di Tengah Kegelapan Informasi

Di dunia yang serba cepat dan penuh informasi seperti sekarang, kemampuan literasi adalah bekal penting untuk bertahan dan berkembang. Dan di balik semua upaya itu, ada para pegiat literasi yang tanpa pamrih menyebarkan cahaya pengetahuan. Mereka mungkin tidak selalu tampil di layar televisi atau mendapatkan penghargaan, tapi kerja mereka nyata dan berdampak. Menjadi pegiat literasi bukan tentang popularitas, tapi tentang kepedulian. Dan di masa depan yang serba digital, semangat seperti ini akan makin dibutuhkan. Jadi, kalau hari ini kamu membaca artikel ini sampai akhir, mungkin, tanpa sadar, kamu juga sedang melangkah menjadi pegiat literasi berikutnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *