Media sosial dan platform video pendek (VT) telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan digital generasi muda di seluruh dunia, termasuk di China. Namun, konten VT yang beredar di China sering kali memiliki perbedaan signifikan dibandingkan dengan versi globalnya. Perbedaan ini tidak hanya terlihat dari segi bahasa, budaya, atau preferensi penonton, tetapi juga dipengaruhi oleh regulasi ketat dari pemerintah China. Sementara platform seperti TikTok (Douyin di China), Kuaishou, atau Bilibili menawarkan pengalaman yang mirip dengan aplikasi serupa di luar negeri, nuansa kontennya bisa sangat berbeda karena berbagai faktor, mulai dari sensor hingga strategi pemasaran yang disesuaikan dengan pasar domestik.
Salah satu perbedaan utama terletak pada aturan ketat mengenai konten yang diizinkan. Pemerintah China memiliki sistem sensor yang dikenal sebagai "Great Firewall," yang tidak hanya membatasi akses ke platform asing seperti YouTube, Facebook, atau Instagram, tetapi juga memastikan bahwa konten dalam negeri mematuhi nilai-nilai sosialis dan norma budaya China. Misalnya, konten yang dianggap sensitif—seperti kritik terhadap pemerintah, isu Tibet atau Xinjiang, atau bahkan konten horor dan kekerasan—akan dengan cepat dihapus atau tidak lolos moderasi. Sebaliknya, platform VT China justru mendorong konten yang mempromosikan semangat patriotisme, tradisi budaya, atau kehidupan harmonis masyarakat.
Selain itu, algoritma rekomendasi di China juga dirancang untuk mendukung konten-konten tertentu. Douyin, misalnya, lebih sering menampilkan video-video edukasi, kewirausahaan, atau konten keluarga dibandingkan dengan TikTok global yang mungkin lebih banyak menampilkan tantangan viral atau konten hiburan tanpa filter. Sebuah video tentang pemuda pedesaan yang sukses berbisnis online akan lebih mudah trending di Douyin, sementara di TikTok global, dance challenge atau prank mungkin lebih mendominasi.
Contoh menarik dari perbedaan ini bisa dilihat dari cara influencer atau kreator konten beradaptasi. Di China, banyak VT creator yang fokus pada konten positif dan "bermanfaat," seperti tutorial keterampilan, tips belajar, atau kisah inspiratif tentang kerja keras. Seorang kreator seperti Li Ziqi, yang terkenal dengan videonya tentang kehidupan pedesaan dan kerajinan tradisional, adalah contoh sukses konten yang tidak hanya populer di China tetapi juga disukai secara global karena estetika dan ketenangannya. Namun, versi global dari konten semacam ini sering kali harus bersaing dengan konten yang lebih heboh dan cepat-pace.
Di sisi lain, platform China juga memiliki fitur unik yang tidak ditemukan di versi global. Douyin, misalnya, terintegrasi dengan layanan e-commerce seperti Taobao, memungkinkan penonton langsung membeli produk yang ditampilkan dalam video. Fitur ini mendorong banyak kreator untuk membuat konten yang bersifat promosi, berbeda dengan TikTok global yang lebih berfokus pada hiburan murni. Selain itu, pemerintah China mendorong penggunaan VT untuk tujuan edukasi resmi, seperti kampanye kesehatan atau informasi kebijakan publik, yang jarang terlihat di platform Barat.
Namun, pembatasan ini tidak serta-merta membuat konten VT di China membosankan. Justru, banyak kreator menemukan cara kreatif untuk menghasilkan konten menarik tanpa melanggar aturan. Misalnya, alih-alih membuat konten politik, mereka mungkin membuat parodi tentang kehidupan sehari-hari atau konten komedi yang tetap menghibur tetapi aman secara regulasi. Platform seperti Bilibili, yang awalnya populer di kalangan penggemar anime, kini menjadi pusat kreativitas anak muda dengan konten berkualitas tinggi, termasuk dokumenter pendek, analisis budaya, atau bahkan konten sains yang mendalam.
Kesimpulannya, meskipun konten VT di China dan global berasal dari konsep yang sama, perbedaan regulasi, budaya, dan kebijakan platform membuat pengalaman penggunanya sangat berbeda. Di China, konten VT lebih terkendali tetapi juga lebih terarah pada nilai-nilai tertentu, sementara di luar China, kebebasan berekspresi lebih besar meskipun dengan risiko konten yang kurang terfilter. Namun, justru dalam batasan-batasan tersebut, kreator China sering kali menemukan cara unik untuk tetap inovatif, membuktikan bahwa konten menarik tidak selalu harus kontroversial.
Salah satu perbedaan utama terletak pada aturan ketat mengenai konten yang diizinkan. Pemerintah China memiliki sistem sensor yang dikenal sebagai "Great Firewall," yang tidak hanya membatasi akses ke platform asing seperti YouTube, Facebook, atau Instagram, tetapi juga memastikan bahwa konten dalam negeri mematuhi nilai-nilai sosialis dan norma budaya China. Misalnya, konten yang dianggap sensitif—seperti kritik terhadap pemerintah, isu Tibet atau Xinjiang, atau bahkan konten horor dan kekerasan—akan dengan cepat dihapus atau tidak lolos moderasi. Sebaliknya, platform VT China justru mendorong konten yang mempromosikan semangat patriotisme, tradisi budaya, atau kehidupan harmonis masyarakat.
Selain itu, algoritma rekomendasi di China juga dirancang untuk mendukung konten-konten tertentu. Douyin, misalnya, lebih sering menampilkan video-video edukasi, kewirausahaan, atau konten keluarga dibandingkan dengan TikTok global yang mungkin lebih banyak menampilkan tantangan viral atau konten hiburan tanpa filter. Sebuah video tentang pemuda pedesaan yang sukses berbisnis online akan lebih mudah trending di Douyin, sementara di TikTok global, dance challenge atau prank mungkin lebih mendominasi.
Contoh menarik dari perbedaan ini bisa dilihat dari cara influencer atau kreator konten beradaptasi. Di China, banyak VT creator yang fokus pada konten positif dan "bermanfaat," seperti tutorial keterampilan, tips belajar, atau kisah inspiratif tentang kerja keras. Seorang kreator seperti Li Ziqi, yang terkenal dengan videonya tentang kehidupan pedesaan dan kerajinan tradisional, adalah contoh sukses konten yang tidak hanya populer di China tetapi juga disukai secara global karena estetika dan ketenangannya. Namun, versi global dari konten semacam ini sering kali harus bersaing dengan konten yang lebih heboh dan cepat-pace.
Di sisi lain, platform China juga memiliki fitur unik yang tidak ditemukan di versi global. Douyin, misalnya, terintegrasi dengan layanan e-commerce seperti Taobao, memungkinkan penonton langsung membeli produk yang ditampilkan dalam video. Fitur ini mendorong banyak kreator untuk membuat konten yang bersifat promosi, berbeda dengan TikTok global yang lebih berfokus pada hiburan murni. Selain itu, pemerintah China mendorong penggunaan VT untuk tujuan edukasi resmi, seperti kampanye kesehatan atau informasi kebijakan publik, yang jarang terlihat di platform Barat.
Namun, pembatasan ini tidak serta-merta membuat konten VT di China membosankan. Justru, banyak kreator menemukan cara kreatif untuk menghasilkan konten menarik tanpa melanggar aturan. Misalnya, alih-alih membuat konten politik, mereka mungkin membuat parodi tentang kehidupan sehari-hari atau konten komedi yang tetap menghibur tetapi aman secara regulasi. Platform seperti Bilibili, yang awalnya populer di kalangan penggemar anime, kini menjadi pusat kreativitas anak muda dengan konten berkualitas tinggi, termasuk dokumenter pendek, analisis budaya, atau bahkan konten sains yang mendalam.
Kesimpulannya, meskipun konten VT di China dan global berasal dari konsep yang sama, perbedaan regulasi, budaya, dan kebijakan platform membuat pengalaman penggunanya sangat berbeda. Di China, konten VT lebih terkendali tetapi juga lebih terarah pada nilai-nilai tertentu, sementara di luar China, kebebasan berekspresi lebih besar meskipun dengan risiko konten yang kurang terfilter. Namun, justru dalam batasan-batasan tersebut, kreator China sering kali menemukan cara unik untuk tetap inovatif, membuktikan bahwa konten menarik tidak selalu harus kontroversial.