Dalam beberapa dekade terakhir, China telah berkembang menjadi salah satu kekuatan teknologi terbesar di dunia. Dari perusahaan raksasa seperti Huawei, Tencent, hingga produsen semikonduktor seperti SMIC, China telah menunjukkan kemampuannya dalam menguasai industri teknologi. Namun, ekspansi pesat ini menimbulkan reaksi dari negara-negara Barat, yang melihat perkembangan teknologi China sebagai ancaman strategis terhadap dominasi mereka di bidang industri dan teknologi global.
Pandangan Barat terhadap Ekspansi Teknologi China
Barat, terutama Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa, memandang ekspansi teknologi China dengan waspada. Ada beberapa alasan utama di balik sikap ini:
- Keamanan Nasional; Banyak negara Barat mengkhawatirkan potensi risiko keamanan dari teknologi buatan China. AS, misalnya, telah berulang kali menuding bahwa perusahaan seperti Huawei memiliki hubungan erat dengan pemerintah China dan dapat digunakan untuk kegiatan mata-mata. Akibatnya, AS dan beberapa negara Eropa melarang penggunaan perangkat 5G Huawei dalam infrastruktur telekomunikasi mereka.
- Ketergantungan Teknologi; China telah berhasil membangun rantai pasokan teknologi yang sangat kuat, terutama dalam sektor manufaktur dan semikonduktor. Dengan menguasai produksi berbagai komponen penting, China memiliki pengaruh besar dalam industri global. Barat menyadari bahwa ketergantungan pada teknologi China bisa menjadi kelemahan strategis, terutama jika terjadi konflik geopolitik.
- Persaingan Ekonomi dan Industri; Perusahaan-perusahaan China semakin mendominasi pasar global, menyaingi perusahaan teknologi Barat dalam berbagai sektor. Misalnya, TikTok, yang dimiliki oleh ByteDance, telah menjadi salah satu platform media sosial terbesar di dunia, menyaingi perusahaan Amerika seperti Meta dan Google. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di Barat bahwa perusahaan-perusahaan mereka dapat kehilangan pangsa pasar.
- Model Pemerintahan dan Regulasi; Barat memiliki kekhawatiran tentang model pemerintahan dan pengendalian informasi di China. Perusahaan teknologi China diatur dengan ketat oleh pemerintah, dan ada kekhawatiran bahwa inovasi mereka digunakan untuk memperkuat sistem otoritarian, bukan untuk kepentingan transparansi dan kebebasan berekspresi.
Tanggapan Barat terhadap Ekspansi Teknologi China
Untuk menghadapi ekspansi teknologi China, Barat telah mengambil beberapa langkah strategis:
- Sanksi dan Pembatasan Perdagangan; AS telah memberlakukan berbagai sanksi terhadap perusahaan teknologi China, terutama di sektor semikonduktor. Contohnya adalah pembatasan ekspor chip canggih ke China, yang bertujuan untuk menghambat perkembangan industri semikonduktor China. Langkah ini diikuti oleh sekutu AS seperti Jepang dan Belanda, yang juga membatasi ekspor peralatan manufaktur chip ke China.
- Mendorong Alternatif Lokal; Barat berusaha mengembangkan teknologi sendiri untuk mengurangi ketergantungan pada China. AS, Uni Eropa, dan negara-negara lainnya telah menginvestasikan miliaran dolar dalam pengembangan industri semikonduktor domestik. Contohnya adalah CHIPS Act di AS, yang bertujuan untuk meningkatkan produksi chip dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada China dan Taiwan.
- Aliansi Teknologi dengan Sekutu; Untuk menghadapi dominasi China, Barat semakin memperkuat aliansi teknologi dengan negara-negara sekutu. AS, Jepang, Korea Selatan, dan Uni Eropa bekerja sama dalam riset dan pengembangan teknologi, serta memastikan rantai pasokan global tetap aman dari pengaruh China.
- Regulasi terhadap Perusahaan China; Negara-negara Barat semakin memperketat regulasi terhadap perusahaan teknologi China. Di Eropa dan Amerika, beberapa perusahaan China mengalami kesulitan dalam mengakuisisi perusahaan teknologi Barat karena aturan ketat terkait investasi asing.
- Propaganda dan Perang Informasi; Barat juga menggunakan media untuk membangun opini publik tentang risiko ekspansi teknologi China. Melalui berbagai laporan dan studi, Barat menyoroti potensi bahaya dari dominasi China di sektor teknologi, baik dari segi keamanan data maupun dampak ekonomi.

Bendera China dan AS tampak di ajang China International Fair for Trade in Services (CIFTIS) 2021 di Beijing, China 4 September 2021. (Foto: REUTERS/Florence Lo) - https://www.voaindonesia.com/a/kena-pembatasan-perdagangan-as-china-akan-bela-kepentingan-perusahaannya/7026818.html
Masa Depan Persaingan Teknologi Barat-China
Persaingan antara Barat dan China dalam industri teknologi kemungkinan akan terus berlanjut. Ada beberapa skenario yang mungkin terjadi:
- Perpecahan Teknologi Global; Jika ketegangan terus meningkat, dunia bisa terbagi menjadi dua blok teknologi: satu yang didominasi oleh Barat dan satu lagi yang dipimpin oleh China. Hal ini dapat menyebabkan ketidakcocokan standar teknologi global dan memperlambat inovasi.
- Kemandirian Teknologi China; China terus berinvestasi besar dalam pengembangan teknologi domestik untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi Barat. Jika berhasil, China bisa menjadi negara yang mandiri dalam berbagai sektor teknologi, termasuk semikonduktor, kecerdasan buatan, dan telekomunikasi.
- Kerja Sama di Tengah Persaingan; Meski bersaing, ada kemungkinan bahwa Barat dan China akan tetap bekerja sama dalam beberapa bidang, terutama yang berkaitan dengan tantangan global seperti perubahan iklim dan kesehatan.
Ekspansi teknologi China telah memicu reaksi kuat dari Barat, yang melihat perkembangan ini sebagai ancaman bagi keamanan nasional, ekonomi, dan dominasi industri mereka. Barat merespons dengan berbagai strategi, mulai dari sanksi perdagangan hingga investasi dalam teknologi domestik. Persaingan ini kemungkinan akan terus berlanjut, dengan berbagai kemungkinan skenario yang akan membentuk lanskap teknologi global di masa depan. Meskipun persaingan ketat, kerja sama di beberapa bidang tetap dimungkinkan demi kepentingan global yang lebih besar.